Jenis pelayaran apapun yang terjadi sepanjang rute ini harus berjuang dengan kondisi yang agak berbahaya termasuk selat yang sempit, daratan yang tersebar dan yang paling penting adalah es. Perairan laut Baltik dan wilayah Arktik sekitarnya biasanya ditutupi dengan es sepanjang tahun, agar dapat melintasi rute dengan aman jendela kapal ditutupi.
Khususnya ada masalah yang menantang dalam melakukan pelayaran di wilayah tersebut untuk kapal-kapal yang harus dirancang untuk standard kelas es khusus agar dapat tetap bertahan dalam perjalanan.
Tujuan dibangunnya kapal untuk Laut Baltik.
Lady Hanneke adalah salah satu dari kapal tersebut. Lady Hanneke dioperasikan oleh Wijnne Barends perusahaan pelayaran yang berbasis di Belanda, kapal-kapal yang melakukan perjalanan antara wilayah Arktik di Arkhangelsk di Rusia Utara sampai St. Petersburg, hampir selalu dalam kondisi mendekati beku. Tidak perlu mengatakan bahwa hal ini mewajibkan kapal-kapal untuk dilengkapi dengan fitur-fitur yang tidak dimiliki kapal-kapal lainnya.
“Rute pelayaran kami yang normal adalah di Eropa Utara dan Rusia dengan melakukan perjalanan selama 9 sampai 10 hari, yang tergantung pada kondisi cuaca,” jelas Roman Bobrov, Chief Engineer dari Lady Hanneke. “Ada banyak es selama musim dingin di pelabuhan tertentu khususnya Arkhangelsk. Sehingga untuk hal ini, kami perlu yakin bahwa kapal dibangun untuk berada di kelas es dengan badan kapal yang lebih tebal, perlindungan daun kemudi dan baling-baling. Lady Hanneke adalah kelas es 1A.”
Selain perlindungan ekstra ini membuat kapal-kapal seperti Lady Hanneke mampu berpergian ke laut Baltik, bahkan selama kondisi musim dingin dengan bantuan pemecah es. Namun, ini juga berarti kapal memerlukan daya ekstra untuk membawa beban tambahan, dengan masih mempertahankan kecepatan dan efisiensi. Ini terjadi ketika Wijnne Barends berpaling ke Wärtsilä untuk menyelesaikan tantangan khusus itu
“Wijnne Barends adalah klien yang sangat berarti bagi Wärtsilä sebab mereka mengoperasikan armada di area kelas es dan memerlukan tanggung jawab dan efisiensi bahan bakar,” jelas Luuk Hijlkema, Manajer Akun Senior di Wärtsilä. “Ini penting sebab kapal seharusnya dapat diandalkan. Tentu saja, sangat penting juga untuk memenuhi norma-norma gas rumah kaca di masa yang akan datang.”

Pelayaran di zona lingkungan yang sensitive
Emisi gas rumah kaca (GHG) yang rendah merupakan unsur yang krusial bagi Wijnne Barends khususnya dengan mempertimbangkan sifat lingkungan yang sensitif di laut Baltik. Wilayah tersebut adalah rumah bagi flora dan fauna khusus dan diatur oleh beberapa norma lingkungan yang paling ketat di dunia. Kapal-kapal yang beroperasi di sini perlu untuk menjaga emisinya dengan pemeriksaan, sementara itu memastikan kemungkinan jejak pancaran emisi yang paling sedikit.
Biasanya Catch-22 untuk sebagian besar pemilik dan operator armada yang menemukannya sulit untuk menyeimbangkan pengurangan emisi, dengan memastikan bahwa kapal dapat mempertahankan kecepatannya. Efisiensi bahan bakar yang lebih tinggi biasanya sama dengan kecepatan yang berkurang yang pada gilirannya dapat mempengaruhi keuntungan suatu rute. Mengingat semua ini, Wärtsilä menghasilkan suatu solusi yang memenuhi persyaratan Wijnne Barends dan lebih banyak lagi.
“Permintaan awal dari Wijnne Barends adalah mengembangkan solusi untuk suatu kapal yang diperlukan oleh pihak berwenang pelabuhan St. Petersburg untuk baling-baling 2000 kw,” Namun, dengan pengalaman kami menjadi seorang integrator sistem kapal lengkap, kami menyadari bahwa hanya setengah dari daya ini sungguh-sungguh diperlukan.”
“Kami menggunakan pendekatan sistem terpadu untuk mengembangkan rangkaian penggerak kereta lengkap yang akan melihat semua aspek kapal, tepat dari mesin sampai baling-baling, untuk melihat bagaimana kapal sedang dioperasikan dan mengembangkan suatu solusi yang akan memenuhi semua kondisi dan tantangan operasi di kehidupan nyata,” tambah Hijlkema.

Pendekatan Terpadu
Controllable Pitch Propeller (CPP) dari Wärtsilä sudah membuktikan menjadi solusi terbaik untuk memenuhi tantangan ini. Desain hidrodinamiknya memperbolehkan peningkatan efisiensi propulsi yang menghasilkan peningkatan kecepatan, pengurangan konsumsi bahan bakar dan kemampuan manuver yang lebih baik.
Pendekatan yang terpadu melihat Lady Hanneke yang dilengkapi dengan sejumlah besar solusi paling mutakhir termasuk CPP, mode eco pada mesin untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar tanpa menghilangkan kecepatan, unit baterai untuk menangani variasi beban yang berbeda sehingga memungkinkan kapal untuk menangani beban konstan, dan solusi gearbox khusus untuk menolong meningkatkan operasi mesin dan masa penggunaan.
“Informasi komputer yang paling penting adalah mode eco pada mesin. Saat ini mesin dapat beroperasi dengan RPM yang berkurang, yang mengakibatkan bertambahnya penghematan bahan bakar. Dan hasilnya memperlihatkan bahwa pengoperasian mode booster mendapat penghematan bahan bahar dibandingkan dengan kapal lainnya dengan kapasitas kapal yang sama tanpa kehilangan kecepatan,” kata Bobrov.
“Hal itu lebih fleksibel sebab jika kami memerlukan pelayaran dengan lebih banyak daya di es, kami dapat selalu berhubungan dengan mesin bantu untuk propulsi. Jadi, hal itu memberi kami konsumsi bahan bakar yang sangat baik dan biasanya kami mencoba untuk menggunakan mode eco sebanyak mungkin untuk menghemat uang, menghemat bahan bakar dan menyelamatkan alam,” tambahnya.
Hasilnya adalah keberhasilan yang luar biasa. Kira-kira 45 ton bahan bakar telah dihemat, bersama dengan pengurangan 145 ton emisi CO2 per tahun yang merupakan penghematan bahan bakar kira-kira 4% dibandingkan dengan kapal yang dirancang serupa lainnya. Ini merupakan bagian puncak dari manfaat menggunakan mesin tenaga berdaya lebih kecil dalam tenaga dorong kereta.
“Sistem CPP tentu saja membiarkan kami beroperasi dan dengan mudah menyesuaikan kecepatan kami untuk mencapai penghematan yang baik, untuk mencapai kedatangan di waktu yang tepat selama cuaca buruk dan selama bermanuver,” Bobrov menjelaskan.
CPP dari Wärtsilä dan teknologi terkait lainnya saat ini sedang dipasang pada 6 kapal milik dari kelas Lady Hanneke yang menggembar-gemborkan era baru untuk angkutan maritim dan perdagangan di laut Baltik.
“Kami mempunyai pengalaman baik saat bekerja sama dengan Wärtsilä. Mereka selalu ada untuk menyelesaikan masalah yang muncul tiba-tiba dan mereka bekerja cepat. Sehingga, menurut pendapat saya, Wijnne Barends dan Wärtsilä merupakan tim yang baik,” Bobrov menyimpulkan.